Kamis, 19 November 2015

DIKSI, KALIMAT, ALINEA, DAN KARYA ILMIAH

Diposting oleh Unknown di 15.55
Pengertian Diksi

Ada begitu banyak kata dalam bahasa indonesia, beberapa kata memiliki makna yang sama seperti aku, sama, gue, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut memiliki makna yang sama namun kesan yang dimiliki sangat berbeda-beda. Tentu pemilihan kata ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi dimana ia berbicara atau sedang berbicara kepada siapa. Pemilihian kata ini dikenal dengan istilah diksi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaanya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek sesuai dengan harapan. Adapun fungsi diksi ialah:

·         Mudah dipahami. Pemilihan diksi dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung.

·         Misal dalam menulis buku cerita yang memiliki tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran pembaca, maka gunakanlah kata-kata sederhana yang mudah dipahami dengan demikian pesan moral yang ingin disampaikan akan sampai pada hati pembaca.

·         Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan diksi yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau pembaca.

·         Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
·         Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
·         Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
·         menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

KESESUAIAN DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.

Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.       Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2.       Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.       Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.       Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5.       Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.       Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.       Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.

Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1.       Makna Leksikal :  makna yang sesuai dengan makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
2.       Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
3.       Makna Referensial dan Nonreferensial : perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
4.     Makna Denotatif dan Konotatif :Makna denotatif adalah makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
5.     Makna Konseptual dan Makna Asosiatif : Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
6.       Makna Kata dan Makna Istilah : Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
7.       Makna Idiomatikal dan Peribahasa : Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
8.       Makna Kias dan Lugas : Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.

Contoh Paragraf :
1)      Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.

2)      Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang.



PENGERTIAN KALIMAT
 Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

Pengertian SPOK
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :

a.       Subjek / Subyek (S)
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
1)      membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk,
2)      memperjelas makna,
3)      menjadi pokok pikiran,
4)      menegaskan makna,
5)      memperjelas pikiran ungkapan,
6)      membentuk kesatuan pikiran.

Ciri-ciri subjek: 
1.         jawaban apa atau siapa 
2.         didahului kata bahwa 
3.         berupa kata atau frasa benda (nomina) 
4.          disertai dengan kata ini atau itu 
5.          disertai pewatas yang 
6.          kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa 
7.          tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain. 
8.          tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

Contoh Subjek :
·         Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)).
·          Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat).
 Anak  itu membawa bukuku
                  S                  P

b.      Predikat (P)
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu. Biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan .Kita selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?.
Ciri-ciri predikat: 
1.       jawaban mengapa, bagaimana 
2.       dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan 
3.        dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir 
4.       dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain 
5.        tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek 
6.        didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni 
7.       predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.

c.       Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Dalam kalimat, objek berfungsi:
1)      membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
2)       memperjelas makna kalimat
3)      membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran. 

Ciri-ciri objek: 
·          berupa kata benda 
·         tidak didahului kata depan 
·         mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif 
·         jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif 
·         dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

d.      Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk

Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan :
·          Bukan Unsur Utama
·         Tidak Terikat Posisi

Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat :

1.       Keterangan Waktu
            Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2.        Keterangan Tempat
            Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3.       Keterangan Cara
            Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva.
4.        Keterangan Sebab
            Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5.       Keterangan Tujuan
            Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6.       Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang. 
7.        Keterangan Tambahan
            Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
8.        Keterangan Pewatas
            Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.

Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.  KB + KK                                           : Mahasiswa berdiskusi.
2.  KB + KS                                           : Dosen itu ramah.
3.  KB + Kbil                                         : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4.  KB + (KD + KB)                             : Tinggalnya di Palembang.
5.  KB1 + KK + KB2                            : Mereka menonton film.
6.  KB1 + KK + KB2 + KB3                                : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7.  KB1 + KB2                                      : Rustam peneliti.
            Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.


Jenis-jenis Kalimat
1.       Kalimat berdasarkan pengucapan
a.    Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan langsung kembali  ujaran dari sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.

Ciri-ciri kalimat langsung :
Bila kutipan ada di awal kalimat, masukkan tanda petik pembuka dan tulis kutipannya diawali dengan huruf besar.
        Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan. • Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
        Ikuti dengan spasi.
        Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
        Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.

b.      Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua, berkata tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar dan menurun pada akhir kalimat.

Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
o   kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan
        kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh: Ia menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita itu masuk.
        kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka menanyakan dulu sebabnya.
c.       Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:

·         Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh:  Saya makan; dia minum.
·         Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena, supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
·         Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
                 Contoh:
                           i.            Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
                          ii.            Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
                        iii.            Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.



Pengertian Alinea

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Alinea” berarti garis baru, paragraf. Gorys Keraf  (1997:1 ) menyatakan bahwa alinea merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam suatu alinea, gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok  secara jelas.
 Tidak ada persyaratan yang jelas tentang berapa banyak jumlah kalimat yang diperlukan untuk sebuah alinea yang ideal. Jadi tidak heran jika terkadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Panjang pendeknya alinea itu sendiri dipengaruhi oleh kalimat topik, jika dengan beberapa kalimat saja dirasa sudah cukup maka tidak perlu ditambah dengan kalimat lagi.

Ada tiga syarat dalam pembentukan alinea, yaitu:
·         Adanya kesatuan.
Artinya alinea tersebut memperlihatkan satu kesatuan yang tunggal.
·         Adanya koherensi.
Yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah alinea. 
·         Memperhatikan perkembangan alinea.
Perkembangan alinea harus dijaga agar jangan sampai mengembang ke suatu arah yang tidak relevan untuk menjelaskan gagasan pokok.

Jenis-jenis alinea
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya :
·         Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph
·         Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif
·          Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif.
·          Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
·         Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca
·         Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
·         Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
·          Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
·         Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
·         Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
-            menghantar pokok pembicaraan
-            menarik minat pembaca
-             menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

·         Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
-       mengemukakan inti persoalan
-       memberikan ilustrasi
-       menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
-       meringkas paragraf sebelumnya
-       mempersiapkan dasar bagi simpulan.

·         Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
-          sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
-          isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
-          sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.



Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.

Ciri-Ciri Karya Ilmiah
1)      Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2)      Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.



3)      Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4)      Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Syarat menulis karya ilmiah
        motivasi dan displin yang tinggi
        kemampuan mengolah data
        kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
        kemampuan berbahasa

Fungsi karya ilmiah:
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
        Penjelasan (explanation)
         Ramalan (prediction)
        Kontrol (control)

Jenis-jenis karya ilmiah
umum karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
1.       Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.
2.       Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.
3.       Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.
4.       Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5.       Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).

REFERENSI :
r

0 komentar:

Posting Komentar

 

Restika's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review