Pengertian Diksi
Ada
begitu banyak kata dalam bahasa indonesia, beberapa kata memiliki makna yang
sama seperti aku, sama, gue, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut memiliki
makna yang sama namun kesan yang dimiliki sangat berbeda-beda. Tentu pemilihan
kata ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi dimana ia berbicara atau sedang
berbicara kepada siapa. Pemilihian kata ini dikenal dengan istilah diksi.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaanya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek
sesuai dengan harapan. Adapun fungsi diksi ialah:
·
Mudah dipahami. Pemilihan diksi dilakukan dengan
memperhatikan situasi yang sedang berlangsung.
·
Misal dalam menulis buku cerita yang memiliki
tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran pembaca, maka gunakanlah kata-kata
sederhana yang mudah dipahami dengan demikian pesan moral yang ingin
disampaikan akan sampai pada hati pembaca.
·
Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan diksi
yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena
komunikasi yang berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang
sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi
tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau pembaca.
·
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata
bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu
bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Jika dilihat dari kemampuan pengguna
bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
·
Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan
atau hal yang ‘diamanatkan’
·
Kemampuan untuk membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
·
menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan
kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan
mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan
efektif.
KESESUAIAN
DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan
pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan
tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan
tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa
segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah
kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah
kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
Syarat-Syarat
Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi
adalah sebagai berikut:
1.
Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur
substandard dalam situasi yang formal.
2.
Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang
khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan
kata-kata popular.
3.
Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca
umum.
4.
Penulis atau pembicara sejauh mungkin
menghindari pemakaian kata-kata slang
5.
Dalam penulisan jangan mempergunakan kata
percakapan.
6.
Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang
mati).
7.
Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Makna
sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1.
Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan makna
yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna
leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
2.
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna jamak
bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna
“sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
3.
Makna Referensial dan Nonreferensial : perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh:
Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial).
4.
Makna Denotatif dan Konotatif :Makna denotatif
adalah makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh:
Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran
badannya normal. Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif
netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
5.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif : Makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis
binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
6.
Makna Kata dan Makna Istilah : Makna kata,
walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam
kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang
yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Ketetapan dan kepastian
makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau
keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di
bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu
perkara.
7.
Makna Idiomatikal dan Peribahasa : Yang dimaksud
dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun
kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata
ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut
makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
8.
Makna Kias dan Lugas : Makna kias adalah kata,
frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam
bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
Contoh
Paragraf :
1)
Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan
kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa
hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2)
Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk
pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana
kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak
yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan
kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang.
PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika
tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah
kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah
yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Pengertian
SPOK
Setiap kalimat memiliki unsur
penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang
mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
a.
Subjek / Subyek (S)
Subjek atau pokok kalimat merupakan
unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan
subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek
dalam kalimat berfungsi:
1)
membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat
tunggal, kalimat majemuk,
2)
memperjelas makna,
3)
menjadi pokok pikiran,
4)
menegaskan makna,
5)
memperjelas pikiran ungkapan,
6)
membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri subjek:
1.
jawaban apa atau siapa
2.
didahului kata bahwa
3.
berupa kata atau frasa benda (nomina)
4.
disertai
dengan kata ini atau itu
5.
disertai
pewatas yang
6.
kata
sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7.
tidak
didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain.
8.
tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Contoh Subjek :
·
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada
Predikat.
Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)).
Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)).
·
Biasanya
disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara
subyek dan predikat).
Anak itu
membawa bukuku
S P
b. Predikat
(P)
Predikat adalah bagian yang memberi
keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu. Biasanya
predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan .Kita selalu dapat bertanya
dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau
mengerjakan apa?.
Ciri-ciri predikat:
1.
jawaban mengapa, bagaimana
2.
dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3.
dapat
didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4.
dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya,
seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5.
tidak
didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi
perluasan subjek
6.
didahului
kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7.
predikat dapat berupa kata benda, kata kerja,
kata sifat atau bilangan.
c. Objek
(O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Dalam kalimat, objek berfungsi:
1)
membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat
transitif,
2)
memperjelas makna kalimat
3)
membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri objek:
·
berupa
kata benda
·
tidak didahului kata depan
·
mengikuti secara langsung di belakang predikat
transitif
·
jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang
predikat transitif
·
dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat
itu dipasifkan.
d. Keterangan
(K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan
:
·
Bukan
Unsur Utama
·
Tidak Terikat Posisi
Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat :
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat :
1.
Keterangan Waktu
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3.
Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva.
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva.
4.
Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5.
Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6.
Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
7.
Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
8.
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Pola
Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli,
pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + Kbil : Harga buku itu sepuluh ribu
rupiah.
4. KB + (KD + KB) :
Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton
film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman
mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam
peneliti.
Ketujuh
pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat
pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
Jenis-jenis
Kalimat
1.
Kalimat berdasarkan pengucapan
a.
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara
cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat
yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan langsung
kembali ujaran dari sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan
tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan bernada lebih tinggi
dari bagian lainnya.
Ciri-ciri kalimat langsung :
Bila kutipan ada di awal kalimat,
masukkan tanda petik pembuka dan tulis kutipannya diawali dengan huruf besar.
•
Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda
tanya di akhir kutipan. • Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
•
Ikuti dengan spasi.
•
Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma
dan huruf besar.
•
Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku
lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
b.
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang
menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak
langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua, berkata tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi
mendatar dan menurun pada akhir kalimat.
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
o
kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu
Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan
•
kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh: Ia
menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita itu masuk.
•
kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi
kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh
pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka menanyakan dulu
sebabnya.
c.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri
dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau
lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
·
Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang
terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal
itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur
kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan
masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya
makan; dia minum.
·
Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah
penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak
kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika,
karena, supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
·
Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah
kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara
dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari
3 kalimat.
Contoh:
i.
Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
ii.
Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2,
induk kalimat)
iii.
Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat
sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil
penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan
Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.
Pengertian
Alinea
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata “Alinea” berarti garis baru, paragraf. Gorys
Keraf (1997:1 ) menyatakan bahwa alinea merupakan himpunan dari
kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan. Dalam suatu alinea, gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan
yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok secara jelas.
Tidak ada persyaratan yang jelas tentang
berapa banyak jumlah kalimat yang diperlukan untuk sebuah alinea yang ideal.
Jadi tidak heran jika terkadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas
satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Panjang pendeknya alinea itu
sendiri dipengaruhi oleh kalimat topik, jika dengan beberapa kalimat saja
dirasa sudah cukup maka tidak perlu ditambah dengan kalimat lagi.
Ada tiga
syarat dalam pembentukan alinea, yaitu:
·
Adanya kesatuan.
Artinya alinea tersebut memperlihatkan satu
kesatuan yang tunggal.
·
Adanya koherensi.
Yakni adanya hubungan yang harmonis, yang
memperlihatkan kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam sebuah alinea.
·
Memperhatikan perkembangan alinea.
Perkembangan alinea harus dijaga agar jangan
sampai mengembang ke suatu arah yang tidak relevan untuk menjelaskan gagasan
pokok.
Jenis-jenis
alinea
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya :
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya :
·
Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph
·
Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif
·
Paragraf
Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif.
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif.
·
Paragraf
penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting.
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting.
Berdasarkan
sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
·
Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf
mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca
·
Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf
membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
·
Paragraf naratif : adalah isi paragraf
menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
·
Paragraf
deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan
bahasa.
·
Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang
memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Menurut
fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
·
Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
-
menghantar pokok pembicaraan
-
menarik minat pembaca
-
menyiapkan atau menata pikiran untuk
mengetahui isi seluruh karangan.
·
Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
-
mengemukakan inti persoalan
-
memberikan ilustrasi
-
menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya
-
meringkas paragraf sebelumnya
-
mempersiapkan dasar bagi simpulan.
·
Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
-
sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh
terlslu psnjsng
-
isi paragraf harus berisi simpulan sementara
atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
-
sebagai bagian yang paling akhir dibaca,
disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.
Karya Ilmiah
Karya ilmiah
adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang
berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses
perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan
ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.
Bila fakta yang
disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya
serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka
karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta
yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan
benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk
karya tulis non ilmiah.
Ciri-Ciri
Karya Ilmiah
1) Struktur
Sajian
Struktur
sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal
merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan
pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi
penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2)
Komponen dan Substansi
Komponen karya
ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang
dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3)
Sikap Penulis
Sikap penulis
dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya
bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa
menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4)
Penggunaan Bahasa
Bahasa yang
digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan
kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Syarat
menulis karya ilmiah
•
motivasi dan displin yang tinggi
•
kemampuan mengolah data
•
kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu
(sistematis)
•
kemampuan berbahasa
Fungsi
karya ilmiah:
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
•
Penjelasan (explanation)
•
Ramalan
(prediction)
•
Kontrol (control)
Jenis-jenis
karya ilmiah
umum karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
umum karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
1.
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang
menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang
bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses
berpikir deduktif atau induktif.
2.
Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga
karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang
bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada
analisis dalam makalah.
3.
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang
mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang
diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan
penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga
diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja,
dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang
spesialisasinya.
4.
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya
lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan
baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5.
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang
mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data
dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini
berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan
orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji,
penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).
REFERENSI :
r