Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dalam
mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan
orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Unsur - Unsur Penting Dalam
Komunikasi
- Sumber
Adalah
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam kelompok misalnya partai,
organisasi atau lembaga. Sumber biasa disebut juga komunikator atau dalam
bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau decoder.
- Pesan
Adalah
sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
- Media.
Media
yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima.
- Penerima.
Penerima
adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa
terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasa disebut komunikan atau dalam
bahasa Inggris disebut audience atau receiver.
- Efek
Efek
atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa
tergantung dari pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. (De Fleur, 1982)
- Umpan Balik.
Adalah
suatu bentuk tanggapan balik dari penerima setelah memperoleh pesan yang
diterima.
Bagaimana menyalurkan ide
melalui komunikasi.
Dalam
ilmu komunikasi juga dikenal beberapa macam tipe komunikasi. Joseph A. DeVito
seorang professor komunikasi di City University of New York dalam bukunya
Communicology membagi komunikasi atas empat macam yaitu : komunikasi
intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik dan komunikasi massa.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Ide (gagasan)
• Perumusan
Dalam
perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
• Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran
ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
• Tindakan
Dalam
tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi
dilaksanakan.
• Penerimaan
Penerimaan
ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Hambatan-hambatan komunikasi
dalam organisasi
Proses
komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan dalam komunikasi.
Berikut adalah hambatan dalam komunikasi :
• Hambatan Teknis
Keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi, komunikasi dan
informasi. Sehingga saluran komunikasi
dapat diandalkan dan efisien sebagai media komunikasi. Menurut Chruden dan
Sherman, dalam bukunya Personnel
Management , 1976, jenis hambatan teknis dalam komunikasi :
a. Tidak adanya rencana dan prosedur kerja
yang jelas
b. Kurangnya informasi atau penjelasan.
c. Kurangnya keterampilan membaca.
d. Pemilihan media (saluran) yang kurang
tepat.
- Hambatan Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara
efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan
lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan
pengertian (komunikan dan komunikator), tapi seringkali proses penafsirannya
keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol dan dengan apa yang di simbolkannya
dapat mengakibatkan data yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari misi komunikasi yang seperti ini,
seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan
karakteristik komunikannya, dan melihai kemungkinan penafsirannya terhadap kata-kata yang dipakai.
- Hambatan Manusiawi
Terjadi
karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi, presepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan panca indera manusia,dll.
Klasifikasi
komunikasi dalam organisasi
Di
bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau
dari beberapa segi :
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi
Lisan
komunikasi yang berlangsung lisan /
berbicara. Cth: presentasi.
b.
Komunukasi Tertulis
komunikasi melalui tulisan. Cth: email
c.
Komunikasi Verbal
komunikasi yang
dibicarakan/diungkapkan. Cth: curhat
d. Komunikasi
Non Verbal
komunikasi yang tidak
dibicarakan(tersirat). cth: seseorang yang nerves (gemetar)
2. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi
Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan
b. Komunikasi
Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan
c. Komunikasi
Horizontal
komunikasi ke sesama manusia /
setingkat komunikasi Satu Arah cth: pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada
timbal balik)
d. Komunikasi
Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik/
saling berkomunikasi
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi
Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang
sama banyaknya. Cth:berbicara melalui telepon
b. Komunikasi
Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan
suatu kelompok. Cth: kelompok satpam menginterogasi maling
c. Kelompok
Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan
kelompok lain. Cth: debat partai politik
4. Menurut Keresmiannya :
a.
Komunikasi Formal
komunikasi yang berlangsung resmi. Cth:
rapat pemegang saham
b. Komunikasi
Informal
komunikasi yang tidak resmi. Cth :
berbicara dengan teman.
Faktor-faktor perubahan organisasi
Dalam
organisasi pada hakekatnya itu terdapat beberapa faktor – faktor yang
menyebabkan suatu perubahan dalam organisasi tersebut.Setiap perubahan yang
terjadi dalam organisasi itu sangatlah berpengaruh besar terhadap perkembangan
atau bahkan penurunan dari organisasi tersebut :
• Faktor Ekstern ( Faktor Diluar
Organisasi )
Faktor
ekstern adalah faktor yang terjadi di luar sebuah organisasi tersebut,contohnya
itu seperti : faktor Teknologi dan Pemerintahan yang mendukung suatu organisasi
tersebut itu dapat berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.Selain itu ada lagi faktor ekstern seperti : Selera pasar yang
semakin hari semakin cepat berubah tergantung dari selera konsumen,jadi
perubahan tersebut sangat cepat terjadi.
• Faktor Intern ( Faktor Didalam
Organisasi )
Faktor
Intern adalah faktor yang terjadi di dalam sebuah organisasi tersebut,contohnya
itu seperti : faktor anggaran dalam organisasi itu,jadi yang menyebabkan
perubahan dalam organisasi tersebut karena faktor anggaran adalah sistem atau
kinerja dalam organisasi tersebut,misalnya anggaran yang lama tidak memiliki
suatu peningkatan atau hanya disitu – situ saja,tetapi setelah adanya perubahan
sistem anggaran yang baru dalam organisasi tersebut,anggaran organisasi
tersebut menjadi meningkat dan manajemen keuangannya juga bagus,itulah salah
satu contoh perubahan intern dalam organisasi.
Ciri-ciri pengembangan
organisasi
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam
mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat dan akurat tentang permasalahan yang dihadapi oleh suatu
organisasi.
2. Perubahan yang akan terjadi terhadap
suatu organisasi.
3. Menekankan cara-cara baru yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja
dalam organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana
pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen
sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi
antara organisasi sau dengan organisasi yang lainnya.
6. Berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
7. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam
upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Proses Perubahan Organisasi
Proses
terjadinya suatu perubahan di dalam organisasi meliputi enam tahap, yaitu :
• Tekanan dan Desakan.
Pada
tahap ini manajemen tingkat atas mulai merasakan adanya masalah, tekanan,
desakan dan kebutuhan akan suatu perubahan. Hal ini ditandai dengan adanya
penurunan produktivitas, volume penjualan dan laba, perputaran tenaga kerja
tinggi dan kalahnya persaingan produk dipasaran, dan sebagainya.
• Intervensi dan Reorientasi.
Setelah
merasakan adanya tekanan dan desakan, para manajer mulai mencoba berusaha
menyelesaikannya dengan mencari dan menentukan serta merumuskan permasalahan,
untuk itu mereka biasanya menyewa seseorang atau beberapa konsultan atau bisa
juga pihak internal (karyawan perusahaan) sebagai pengantar perubahan.
• Diagnosa dan Pengenalan Masalah.
Pada
tahap ini pengantar perubahan mulai mengumpulkan berbagai informasi (data),
kemudian menganalisanya. Masalah yang paling penting dikenali dan diperhatikan
untuk dipecahkan.
• Penemuan dan Komitmen penyelesaian
Pada
tahap ke empat ini, pengantar perubahan dan merangsang pemikiran, kretivitas
serta mulai meninggalkan “metode-metode kerja lama”, menggantinya dengan
mtode-metode baru yang lebih afektif. Begitu juga untuk penyesuaian dibuatlah
rencana program-program latihan, keterampilan, peningkatan wawasan, dll.
• Percobaan dan Pencarian Hasil.
Setelah
alternatif terbaik untuk penyelesaian ditemukan dan dikembangkan, selanjutnya
diadakan percobaan penerapannya untuk diketahui hasilnya.
• Penguatan dan Penerimaan.
Pada
tahap ini, setelah penerapan program-program kegiatan dalam rangka penyesuaian
dengan perubahan ataupun pengembangannya telah berhasil dan sesuai dengan
keinginan, maka kegiatan untuk perubahan tersebut diusahakan harus diterima
oleh para karyawan dan menjadi penguat yang dapat mengikat semua karyawan pada
perubahan.
Metode Pengembangan
Organisasi
1. Metode Pengembangan Perilaku
Metode
pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang
berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan
individu.
a. Jaringan
Manajerial
Jaringan
Manajerial atau kisi manajerial (manajerial grid) adalah suatu metode
pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan manajerial.
b. Latihan
Kepekaan
Latihan Kepekaan (sensitivity
training) merupakan latihan dalam kelompok
c. Pembentukan
Tim
Pembentukan
Tim (team building) merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan
mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut
pembentukan tim (team building).
d. Umpan
Balik Survai
Umpan
Balik Survai (survay feedback) adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan
data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang
berhubungan dengan tingkah laku, sikap, serta berbagai perasaan lain yang ada
pada diri setiap anggota organisasi.
2. Metode Pengembangan Keterampilan dan
Sikap
Metode
ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training
adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, keahlian,
dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja,
latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di
tempat kerja tiruan.
Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang
ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di
atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan
apapun mempunyai sifat universal dan merupakan suatu gejala sosial.
Tipe- Tipe Kepemimpinan
Ada
enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas :
1. Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu
seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang :
• Menganggap organisasi sebagai milik
pribadi.
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan
tujuan organisasi.
• Menganggap bawahan sebagai alat
semata- mata.
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan
pendapat.
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan
formalnya.
• Dalam tindakan penggerakannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat
menghukum).
2. Tipe Militeristis
Yaitu
seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang
memiliki sifat- sifat :
• Sering mempergunakan sistem perintah
dalam menggerakkan bawahannya.
• Senang bergantung pada pangkat dan
jabatan dalam menggerakkan bawahannya.
• Senang kepada formalitas yang
berlebih-lebihan.
• Menuntut disiplin yang tinggi dan
kaku dari bawahan.
• Sukar menerima kritikkan dari
bawahan.
• Menggemari upacara- upacara untuk
berbagai acara dan keadaan.
3. Tipe Paternalistis
Yaitu
seorang pemimpin yang :
• Menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4. Tipe Kharismatis
Hingga
kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin
memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai
daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab
seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin
yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5. Tipe Laissez Faire
Yaitu
seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya
mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh
saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan
bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar
dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang
sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang
dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu
sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki
peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6. Tipe Demokratis
Yaitu
tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan
selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di
dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat
bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif
dalam menentukan nasib sendiri melalui peran
sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
Teori-teori kepempinan
1. Teori Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
• pengetahuan
umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
• sifat
inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif;
• kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi
dan struktur inisiasi
Perilaku
seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi
kepada bawahan dan produksi
perilaku
pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada
sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua
dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan
kerja.
3. Teori Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
• Jenis
pekerjaan dan kompleksitas tugas;
• Bentuk
dan sifat teknologi yang digunakan;
• Persepsi,
sikap dan gaya kepemimpinan;
• Norma
yang dianut kelompok;
• Rentang
kendali;
• Ancaman
dari luar organisasi;
• Tingkat
stress;
• Iklim
yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model
kepemimpinan berikut:
a. Model
kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya
dan perilaku kepemimpinan tertentu
selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan
dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam
hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan
sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol
ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian
tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk
berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi
pendengar yang baik disertai perilaku
memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model
” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut
model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
• Hubungan
atasan dan bawahan dikategorikan baik;
• Tugas
yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
• Posisi
kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model
Situasional
Model
ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan
gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah :
• Memberitahukan;
• Menjual;
• Mengajak
bawahan berperan serta;
• Melakukan
pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal
tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian
pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan
dengan hal tersebut harus merupakan
faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian
utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya.
Salah
satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian
ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat
peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta
bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin
dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
Pendapat :
Menurut
saya, komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Manusia
tidak bisa lepas dari komunikasi, komunikasi sendiri bisa dilakukan dengan cara
berbicara maupun dengan menggunakan bahasa isyarat sekalipun. Komunikasi juga
mempunyai hambatannya tersendiri tergantung dengan si penerima menerima sumber
komunikasi dari kita. Komunikasi sendiri terikat dengan suatu organisasi,
organisasi bisa terorganisir dengan baik berkat komunikasi yang baik dan
efisien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam suatu organisasi. Didalam organisasi
sendiri berkaitan dengan kepemimpinan, kepemimpinan diperlukan untuk memimpin
dan mengarahkan organisasi kepada tujuan yang baik. Jadi, komunikasi,
organisasi, dan kepemimpinan saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan.
Referensi :